LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOTEKNOLOGI
PERTANIAN
“Kultur Organ”
OLEH:
KELOMPOK : IV
(EMPAT)
NAMA : FITMAN
STAMBUK : D1 B1 12 067
KELAS : GANJIL
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
2014
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bioteknologi kultur merupakan salah satu cara
untuk menghasilkan varietas baru yang
lebih unggul. Kultur organ merupakan hal yang berkaitan dengan bahan –
bahan kimia untuk mendukung teknologi pemuliaan. Ada bermacam–macam cara kultur
jaringan, salah satunya adalah dengan kultur organ. kultur organ dimulai dengan bagianyang terorganisir dari suatu
tanaman, tetapi yang paling sering
digunakan adalah bagian tunas.
Kultur organ merupakan salah satu cara perbanyakan dalam ilmu Bioteknologi.
kultur organ yang disebut juga dengan perbanyakan mikro dimulai dengan bagian
yang terorganisir dari suatu tanaman, paling sering digunakan adalah tunas dan
proses pengkulturan ini menjaga keadaan terorganisir sambil mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan kearah perbanyakan dan regenerasi tanaman baru
yang lengkap.
Arah
perkembangan eksplan dalam kultur in-vitro dikontrol oleh ratio zat pengatur
tumbuh auksin dan sitokinin. Ratio auksin sitokinin yang relatif tinggi akan
menginduksi pembentukan akar, sementara ratio yang rendah akan memacu
pembentukan tunas. Pembentukan tunas yang di dahului dengan terbentuknya kalus
disebut organogenesis tak langsung. Sedangkan bila pembentukan tanpa kalus
disebut organogenesis langsung. Organogenesis dalam kalus diinisiasi dengan
pembentukan kelompok sel-sel meristematik yang mampu merespon faktor-faktor
yang dapat menghasilkan primordium. Tergantung pada sifat faktor internal,
stimulus dapat menginisiasi akar, tunas atau embrioid.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan dapat melakukan perbanyakan tanaman khususnya pada
tanaman krisan dan mawar melalui teknik kultur organ.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk
mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus disterilisasi.
Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang
menempel di permukaan eksplan. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk
mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2 (Wetherell,
1976).
Aseptik
dalam kultur organ merupakan salah satu tahap yang dilakukan agar bahan terbebas
dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang
tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang
dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan
dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk
perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Yusnita, 2005).
Kultur organ mawar dapat digunakan untuk penggandaan kultivar secara komersial,
memproduksi tanaman sehat dan bebas penyakit dan sumber eksplan untuk
regenerasi sebagai prasyarat untuk perubahan regenerasi. Perbanyakan mawar
secara in vitro merupakan praktek yang umum, khususnya untuk perbanyakan
melalui pot mawar. Kultur mawar Rosa
multiflora secara in vitro pertama kali oleh Elliot tahun 1970 (Folta
2009).
Pada
dasarnya, semua tanaman dapat diregenerasikan menjadi tanaman sempurna bila
ditumbuhkan pada media yang sesuai. Salah satu komponen media yang menentukan
keberhasilan kultur organ adalah jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan. Pemberian ZPT pada perlakuan kultur mawar, disini yaitu
BAP adalah merangsang pembelahan
sel, sehingga dapat tumbuh kalus dengan lebih cepat (Lita, 2004).
Faktor-faktor yang menyebabkan
ekplan terkontaminasi adalah faktor lingkungan yang kurang mendukung,seperti
kelembaban, suhu dan cahaya, alat yang digunakan tidak steril, media yang tidak
steril serta teknik pada saat pembuatan media yang kurang menjaga keberhasilan.
Pengambilan meristem sebagai eksplan harus dilakukan dalam ruang steril
(aseptik) agar tidak terkontaminasi (Rahardja, 2005).
Perbedaan komposisi media,
komposisi zat pengatur tumbuh dan jenis media yang digunakan akan sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan. Perbedaan
komposisi media, seperti jenis dan komposisi garam-garam anorganik, senyawa
organik, zat pengatur tumbuh sangat mempengaruhi respon eksplan saat dikulturkan
(Smith, 2000).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Jumat, 14 November 2014 pada pukul 15.30 WITA sampai
selesai, bertempat di Laboratorium Agroteknologi Unit In Vitro Fakultas
Pertanian Universitas Halu Oleo.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini
yaitu pinset, gelas ukur, labu ukur, Erlenmeyer, botol
ukur, LAFC,
spatula, lampu Bunsen, botol kultur dan
alat tulis-menulis
Bahan yang
digunakan pada praktikum ini antara
lain, alkohol 70%, aquades, fungisida, tunas tanaman mawar, bayclean dan deterjen.
C.
Prosedur kerja
Adapun
proser kerja pada praktikum ii yaitu :
1.
Mengambil eksplan dari tanaman hidup
2. Membuat larutan bakterisida 1 gram dann fungisida 1 gram dengan 250 ml
Dalam gelas
ukur
3. Membuat larutann byclin 15% dengan
38 ml dan dimasukkan kedalam
eksplan yang berisi
bakterisida dan fungisida
4.
Menghomogenkan eksplan
dengan deterjen 10% (10 g/100 %)
dan bilas dengan aquades
selama 2 menit
5.
Merendam eksplan dalam larutan fungisida 5 % (5 g/100 %)
Bilas dengan aquades selama dua menit
6.
Memotong bagian bagian eksplan dan tanam semua bagian tadi
kedalam MS menggunakan pinset
7. Menutup botol kultur dengan plastic
dan diikat menggunakan
karet gelang
8. Menyimpan
botol kultur yang telah ditanami eksplan pada ruang kultur
9. mengamati
tanaman selama 3 kali dalam seminggu.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengamatan pada praktikum ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
Media MS
|
Kontam
|
Tidak Kontam
|
Gambar Media
|
Botol kultur 1
|
√
|
__
|
|
Botol kultur 2
|
√
|
__
|
|
Botol kultur 3
|
√
|
__
|
|
Botol kultur 4
|
√
|
__
|
|
Botol kultur 5
|
√
|
__
|
|
Botol kultur 6
|
√
|
__
|
|
B. Pembahasan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi
bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan
dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak
diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. Teknik kultur jaringan
memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegatatif. Berbeda dari teknik
perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan
dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.
Lingkungan aseptik
sebagai salah satu syarat utama suksesnya kegiatan kultur jaringan perlu
diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu perlu adanya usaha sterilisasi
peralatan yang akan digunakan dalam proses kultur. Sterilisasi adalah segala
kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di
laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi adalah
segala proses dimana suatu objek, material atau lingkungan dijadikan steril.
Steril merupakan kondisi benda atau objek yang bebas dari segala jenis sel
hidup, spora dan virus.
Pada pengamatan
yang dilakukan semua eksplan yang ditanam dalam media terjadi kontaminasi. Hal
ini disebabkan karena kurang sterilnya ruangan saat dilakukan pemindahan
eksplan ke media kultur, dimana saat melakukan pemindahan banyak berbicara
sehingga mikroorganisme dapat masuk ke dalam media kultur walaupun pemindahan
tersebut di lakukan di LAF.
Eksplan yang terkontaminasi juga disebabkan karena saat
pemindahan eksplan ke dalam media kultur, alat yang digunakan (pinset) kurang
steril, yaitu tidak disterilisasi dengan benar (dicelupkan di dalam larutan
alkohol 70% dan dipanaskan pada lampu bunsen, namun pemanasan yang dilakukan
kurang lama) sehingga saat penanaman dilakukan pinset tersebut menyentuh
eksplan, tidak akan terjadi kontaminasi. Selain itu, alat yang digunakan
seharusnya tidak menyentuh media kultur, karena dapat menyebabkan kontaminasi.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan kultur organ sangat memerlukan kondisi
yang aseptik dan proses sterilisasi yang sesuai dengan prosedur. Sterilisasi
yang dimaksud adalah sterilissi eksplan
yang akan digunakan dalam penanaman yaitu dengan menggunakan bakterisida,
fungisida, bayclin, betadine dan aquades dengan waktu yang tidak lama dan tidak
cepat pula (sedang, antara 2-3 menit). Selain itu, konsentrasi hormon 2,4 D dan
BAP mempengaruhi pertumbuhan eksplan dalam media, dimana konsentrasi yang
sesuai yaitu konsentrasi yang rendah.
B. Saran
Saran saya
pada praktikum ini
sebaiknya praktikan lebih banyak
bekerja dari asistem
praktikum sehingga kami
sebagai praktikan lebih
memahami mengenai tahap-tahap pembuatan kultur organ.
DAFTAR PUSTAKA
Folta M. 2009. Genetics and Genomics
of Rosaceae. New York : Springer.
Lita, 2004. Tunas Kultur Jaringan/Kultur Organ
Mikroorganisme/Biologi/Bioteknologi. Balai Pustaka Ilmiah. Jakarta.
Rahardja PC
2005. Kultur Jaringan, Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Jakarta
: Penebar swadaya.
Wetherel. 1976.
Tissue Culture for Eksplaned To Plants.
University of Chicago : USA.
Yusnita. 2005. Kultur Organ Tanaman Eksplan. Balai
Pengakajian Ilmiah. Universitas Sudirman.
Yogyakarta.
Smith, R. H. 2000. Plant Tissue Culture : techniques and experiments. Academic press. London.